Mungkin Chrisye
benar, masa-masa paling indah, masa-masa di sekolah. Kenapa paling indah? Karena
setelah keluar atau lulus dari sekolah, SMA tepatnya, kita akan menjalani
hari-hari yang membosankan. Tidak ada lagi bangun pagi. Tidak ada lagi upacara
bendera tiap senen. Tidak ada lagi obrolan semi dewasa antara guru-murid. Tidak ada lagi bakwan kantin yang murah. Tidak
ada lagi cewek-cewek penuh keringat dengan baju olahraga kentat. Tidak ada lagi
main bola di jam-jam istirahat. Tidak ada lagi guru yang memberikan kata-kata
bijak ketika bosan mengajar. Tidak ada lagi semua hal yang berhubungan dengan
sekolah. Mungkin di awal-awal, kita merasa bahagia karena terlepas dari itu semua.
Tapi lama-kelamaan, kangen. Ga pake band, kangen doang.
Lulus SMA itu
rasanya seperti surga ada di atas kepala kita. Hari yang paling bersejarah dan
penuh kenangan adalah dimana ketika kita menemukan kata “LULUS” dalam amplop
yang dibagikan kepsek. Senang sekali dan akhirnya saling corat-coret baju putih
SMA. Tradisi yang tak pernah hilang. Senang sekali dan akhirnya konvoi keliling
kota merayakan kelulusan sampai sore. Setelah pulang ke rumah, tepar. Seakan tujuan
hidup hanya untuk lulus SMA, padahal tidak. Setelah SMA, kita akan memasuki
kehidupan yang lebih rumit. Naik level.
Satu hal yang
pasti ketika lulus SMA adalah perpisahan dengan sahabat. Banyak orang yang
hubungan persahabatannya semakin memudar ketika tidak lagi sering bertemu. Menemukan
sahabat baru di kampus, sahabat lama dilupakan. Masih bersahabat. Tapi tak
seakrab dulu lagi. Ketika bertemu, -setelah beberapa bulan atau tahun tak
bertemu- kangen-kangenan, ngobrol
panjang lebar, saling tanya ini-itu, lalu seleseai. Tahun depan ketemu lagi,
begitu lagi, begitu seterusnya sampai kiamat. Hubungan persahabatan yang aneh,
namun indah. Indah karena jarang ketemu tadi. Lalu di katakan apa hubungan
seperti ini? Sahabat atau hanya sekedar teman lama untuk melepas kerinduan? Entahlah.
Bagaimana dengan
mereka yang selalu bertemu setelah lulus SMA? Ini dia yang di katakan sahabat
sejati. Walaupun tak memiliki ikatan atau tak pernah menyebut satu sama lain
sebagai sahabat, menjalin silaturahmi ketika tidak lagi di lembaga pendidikan
yang sama itu baru sahabat. Sahabat bukan tempat untuk melepas kerinduan ketika
lama tak bertemu. Sahabat bukan orang yang sopan dengan kita. Sahabat tidak
harus selalu ada ketika kita membutuhkan. Yang benar, sahabat selalu ada ketika
kita tak butuh apa-apa. Sahabat itu bukan orang spesial. Sama saja seperti yang
lain. Hanya saja kita akan merasa lebih cocok jika dengan sahabat. Dalam hal
ini, mungkin saya memiliki sahabat-sahabat sejati, eh bukan, sahabat-sahabat
sialan maksud saya. Hehe.
Saya dulunya
bersekolah di SMAN 5 Banjarmasin. Begitu juga dengan sahabat-sahabat saya. Saat
SMA, saya punya banyak sahabat. Tapi sahabat sejati saya temukan ketika lulus
SMA. Sahabat yang masih berhubungan ( Komunikasi, bukan badan ) setelah lulus
SMA itu saya anggap sahabat sejati. Sahabat yang cocok satu sama lain. Sangat cocok
sampai tak ada yang bisa menggantikan. Di kampus, saya tidak menemukan sahabat
yang seperti ini. Mereka hanya ada di SMA, SMA 5, Smalie.
Kami
sering ketemu. Satu minggu mungkin ada beberapa kali ketemu. Kangen tidak,
bosan iya. Tapi hanya dengan mereka saya bisa merasa terhibur. Merasa kembali
ke masa-masa SMA. Biasanya kalau ngumpul, kami membicarakan hal-hal yang tak
pernah anda pikirkan sebelumnya. Imajinasi kami terlalu tinggi. Semua hal kami
buat parodi. Tak ada yang serius. Kalaupun ada, ujung-ujungnya kami parodikan
lagi. Mungkin cuma 1% kami pernah membicarakan hal dengan serius. Sisanya, ya parodi
tadi. Kami tak pernah kehabisan ide untuk membicarakan apapun yang bisa membuat
kami tertawa. Mungkin kalau kalian mendengar, kalian tak tertawa karena ngga
ngerti. Pembicaraan kami hanya kami yang mengerti. Hanya kami yang tertawa. Pembicaraan
kami di luar batas-batas imajinasi manusia, sepertinya. Dan itu membuat kami
terlihat bodoh walaupun sebenarnya memang bodoh. Hehe. Apapun yang kami bicarakan saat berkumpul,
penting atau tidak penting, membuat saya bahagia. Sahabat-sahabat sialan
seperti mereka memberikan banyak pelajaran bagi saya. Kami sudah mengenal
selama tiga tahun di SMA, dan kami sangat kenal karakter satu sama lain. Kami
akan saling memaafkan jika ada salah satu di antara kami yang menjadi korban
celaan. Kami tak pernah merasa tersinggung atas itu. Sahabat sejati akan selalu
memaafkan sahabatnya. Akan selalu menjadi orang yang tak peduli terhadap apapun
masalah kita, tapi membantu menghibur kita. Akan menjadi orang yang memberi
kita inspirasi untuk maju. Dan saya rasa, itu semua ada pada mereka,
sahabat-sahabat saya di SMALIE. Tidak ada yang bisa menggantikan mereka, sampai
kapan pun.
Tengah malam, bulan puasa, ditemani Sahabat Sejatinya Sheila on 7.